
skippersbrew.com – Sejumlah negara Eropa yang sebelumnya memutuskan untuk membeli jet tempur F-35 buatan Amerika Serikat kini menghadapi penyesalan dan kekhawatiran terkait pembelian tersebut. Isu utama yang mencuat adalah potensi kontrol Amerika Serikat terhadap operasional pesawat-pesawat ini, yang dapat mempengaruhi kedaulatan dan kemampuan pertahanan negara-negara pembeli.
Denmark: Kekhawatiran atas Kendali AS
Rasmus Jarlov, ketua komite pertahanan parlemen Denmark, menyatakan penyesalannya atas keputusan negaranya membeli jet tempur F-35 dari AS. Ia mengkhawatirkan kemungkinan Amerika Serikat memiliki kemampuan untuk menonaktifkan F-35 dari jarak jauh atau menghambat pasokan suku cadang, yang dapat melemahkan kemampuan pertahanan Denmark. Jarlov juga menyoroti bahwa AS dapat menggunakan sistem senjata ini sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan konsesi strategis, khususnya terkait wilayah Greenland. Ia menyerukan agar Denmark dan sekutu-sekutunya menghindari pembelian senjata buatan Amerika di masa depan. Pada 2016, Denmark memesan 27 unit F-35 senilai 3 miliar dolar AS, dan hingga kini 17 unit telah diterima.
Jerman: Kontroversi atas Klausul Rahasia
Pada Maret 2025, Jerman menandatangani perjanjian untuk membeli 35 jet tempur F-35 dari Lockheed Martin. Namun, laporan mengungkap adanya klausul rahasia dalam perjanjian tersebut yang memungkinkan Amerika Serikat membatasi operasional pesawat-pesawat ini dalam kondisi tertentu demi kepentingan nasionalnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembeli internasional mengenai kemungkinan AS memiliki “saklar pemutus” untuk menonaktifkan pesawat tersebut. Meskipun pemerintah AS membantah memiliki kemampuan semacam itu, mereka mengakui dapat mengontrol aspek lain, seperti menghentikan pasokan suku cadang. Meskipun ada keraguan, Jerman tetap melanjutkan pembelian ini, mengingat tidak ada kandidat lain yang memungkinkan mereka mempertahankan kemampuan untuk melengkapi senjata nuklir AS.
Portugal dan Kanada: Mencari Alternatif
Negara-negara lain seperti Portugal dan Kanada juga mulai mempertimbangkan kembali ketergantungan mereka pada ekspor pertahanan AS. Mereka mengevaluasi alternatif lain untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok eksternal, terutama dalam konteks perubahan kebijakan luar negeri AS dan keinginan untuk otonomi yang lebih besar dalam pertahanan.
Prancis: Peluang bagi Industri Pertahanan Lokal
Situasi ini membuka peluang bagi Prancis dan industri aeronautiknya, terutama dengan jet tempur Rafale. Beberapa negara Eropa yang mempertimbangkan kembali pembelian F-35 melihat Rafale sebagai alternatif yang menarik karena kemampuannya yang canggih dan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan F-35. Prancis berencana menginvestasikan lebih dari 13 miliar euro dalam dekade mendatang untuk aviasi tempurnya, termasuk produksi Rafale dan pengembangan Sistem Tempur Udara Masa Depan (FCAS) bersama Jerman dan Spanyol. Kerja sama ini dapat mendefinisikan ulang industri pertahanan Eropa dan mendorong kemandirian dalam keamanan dan pertahanan benua tersebut. Read More